Minggu, 14 Februari 2010

Menunggu Super Tucano di Langit Nusantara

Menunggu Super Tucano di Langit Nusantara
12 30th, 2009 by Ardava


Super Tucano

Pesawat Tempur Latih Super Tucano Beserta Persenjataan Produksi Brasil

Super TucanoJika tidak aral melintang, langit Indonesia akan diwarnai satu lagi kebolehan pesawat latih tempur TNI - AU yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Itu adalah pesawat bermesin turboprop tunggal modern Embraer EMB-314 “Super Tucano” buatan Empresa Brasiliera de Aeronautica SA, Brasil.

Dalam nomenklatur pesawat tempur dunia, Super Tucano, diklasifikasikan ke dalam pesawat latih-serang-tempur ringan. Artinya, selain menjadi pesawat propeler mesin tunggal latih tempur dasar dan madya bahkan lanjut, dia bisa difungsikan juga menjadi pesawat tempur ringan untuk keperluan close air support udara ke darat jarak dekat.

Pesawat dengan kemampuan seperti ini pernah dimiliki TNI-AU, yaitu OV-10F Bronco buatan Rockwell, Amerika Serikat dan sang legendaris, North American P-51D Mustang.

Pengumuman tentang rencana kedatangan Super Tucano baru berbarengan dengan penempur jet generasi kelima buatan Rusia, Sukhoi Su-27 SKM dan Su-30 MK2 berkursi ganda itu, diutarakan Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Madya TNI Imam Sufaat, di Jakarta, Senin lalu (21/12).

Super TucanoBrasil sebagai negara pembuat tidak pernah punya masalah berlatar politik dengan Indonesia dan sama-sama negara yang pernah dijajah Barat, dan memiliki industri penerbangan tangguh.

Ditargetkan, pada upacara HUT ke-65 TNI, Super Tucano sudah dipajang atau malah bermanuver di udara, begitu pun Su-27 SKM dan Su-30 MK2.

Bicara soal dua tipe jet terakhir ini, pada 2010 Indonesia akan memiliki 10 unit yang telah lengkap persenjataannya, sejak batch pertama Sukhoi-27 mulai dikirim ke Indonesia pada 2003.

Dengan menengok hubungan diplomatik Indonesia-Brasil, relatif tidak akan ada hambatan politis yang berpotensi mengganggu perjalanan pembangunan kembali kekuatan pertahanan udara Indonesia, jika “kita” membeli wahana tempur dari Brasil.

Sebetulnya, rintisan pembelian Super Tucano ini sudah terjadi sejak 1999, saat pucuk pimpinan TNI-AU masih dijabat Marsekal TNI Hanafie Asnan.

Super TucanoSaat itu, disadari usia pakai OV-10F Bronco yang terbukti cocok dengan kondisi geografi dan topografi nasional akan mencapai akhir, harus “pensiun” pada 2007, sementara pesawat tempur pengganti sekelas belum ada.

Pesawat latih dasar AS-202 “Bravo” juga sudah mulai menua usianya untuk mengantar penerbang muda TNI-AU mengakrabi wahana tempur jet modern.

Hawk Mk-53 buatan Inggris nasibnya juga sama, apalagi Inggris mengekor Amerika Serikat ikut mengembargo pembelian pesawat tempur dan suku cadangnya ke Indonesia.

Pilihan saat itu sebagaimana diungkap Asnan ada beberapa, mulai dari KT-1 “Wong Bee” buatan Korean Aerospace Industries, Korea Selatan, Pilatus P-9 Turbo Trainer, dan Super Tucano dengan varian ALX/A-29.

Bisa dibilang, karakteristik manuver ketiga pesawat latih itu agak mirip, pula penampakan luar berkanopi super luas ala jet tempur generasi kelima, plus dimensi, daya mesin, konfigurasi kursi pelontar, tata letak panel-panel, hingga sistem avionika dan kompatibilitas persenjataan yang akan diterapkan.

Super TucanoWalau tidak diungkap angkanya, Asnan yang menapaki karirnya di OV-10F Bronco, menyatakan bahwa KT-1 Wong Bee yang model skalanya sudah ada di ruang kerja KSAU saat itu, berharga paling murah dan Pilatus P-9 Turbo Trainer paling mahal.

Semua pabrikan menawarkan skema pembayaran yang sangat menggiurkan, yaitu fasilitas kredit ekspor dari pihak ketiga, dan studi kelayakan sampai kunjungan ke pabriknya masing-masing telah dilakukan.

Setelah bertahun-tahun rencana pengadaan tipe pesawat diperjuangkan, akhirnya Super Tucano menjadi “pemenangnya”. Referensi bergengsi penerbangan dunia, Jane`s Aviation, menyatakan, baru Brasil (76 operasional dari 99 pesanan), Dominika (2/8), Kolombia (25 operasional), dan Guatemala (10 operasional) yang memakai Super Tucano dalam arsenal udaranya.

Menyusul dan masih dalam pesanan, adalah Chile (12), Ekuador (24), Peru (12), Amerika Serikat (satu unit untuk US Naval Aviation School atau US Special Operation Command, dibeli secara “leasing”), dan Indonesia (delapan hingga 16 pesanan pada April 2008) yang menjadikannya negara ASEAN pertama yang akan memakai Super Tucano ini.

Super TucanoSeluruh pesanan itu masih ditambah satu pesanan dari perusahaan jasa pengamanan-militer VIP internasional asal Amerika Serikat, Blackwater Worldwide.

Jika dicermati, di luar Amerika Serikat, seluruh pemakai dan pemesan Super Tucano adalah negara Amerika Latin beriklim tropis-subtropis basah yang memiliki kontur geografis-topografis cukup lengkap dan ekstrim, dari pantai berhutan rawa, dataran di ketinggian (plateau), bukit-bukit, hingga gunung curam berhutan lebat dalam luas wilayah darat dan laut cukup luas.

Indonesia juga memiliki latar belakang geografis dan topografis serupa di pulau-pulau besarnya.

Menurut mantan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional, Marsekal Muda TNI (Purnawirawan) Zaki Ambadar, faktor-faktor nonteknis di luar kemampuan pesawat tempur seperti itu juga menjadi pertimbangan penting dalam menentukan pilihan pesawat terbang TNI-AU.

“Hal ini juga dianut angkatan udara banyak negara, lumrah saja,” katanya.

Super TucanoEMB-314 Super Tucano sebagai kelanjutan EMB-312 Tucano memang pantas dipilih untuk keperluan close air support menggantikan OV-10F Bronco, sampai - sampai US Special Operation Command yang pola operasinya sering diklasifikasikan rahasia, juga memilih pesawat tempur turboprop ringan ini.

Karakteristik tempurnya menunjang hal itu, yaitu memiliki kecepatan maksimal 593 kilometer per jam, jarak operasi 4.820 kilometer dalam konfigurasi tanpa tangki tambahan, ketinggian maksimal 10.620 meter dari permukaan laut, dan laju tanjak 24 meter per detik, dan lepas landas atau mendarat dari landas pacu yang pendek.

Kemampuan terakhir ini menyebabkan dia mampu memberi efek menerbangkan pesawat tempur jet yang bisa dipacu hingga +9g atau -4g.

Kecepatannya memang tidak terlalu cepat untuk pesawat tempur, namun kecepatan seperti itulah yang paling cocok untuk tugas pengamatan insurjensi sambil memberi “payung udara” berupa semburan tembakan peluru (straffing) dari dua kanon 12,7 milimeter FN Herstal M3P dengan semburan hingga 1.100 peluru per menit.

Super TucanoKalau “payung udara” itu masih kurang, dari dalam kokpit berbahan kevlar, pilot bisa memberi dukungan lain dari satu kanon 20 milimeter di bagian bawah tubuh pesawat tempur ini, ditambah roket 70 milimeter dari empat jalur peluncur, serta hunjaman bom-bom konvensional Mk-82 atau dari kelas “Iron” dan bom pintar dari kelas “Cluster” yang masih bisa disimpan di dalam tubuhnya.

Masih kurang cukup? Peluru kendali udara-ke-udara AIM-9 Sidewinder sebanyak dua unit atau dua MAA-1 Piranha dari Orbita, atau Python 3/4 bisa menjadi pamungkas.

Seluruh arsenal itu masih bisa lagi dilengkapi dengan persenjataan lain pada lima titik tambat tambahan, sesuai dengan keperluan dan kompatibilitas.

Walau kelihatannya kecil dan ringan, yaitu dimensi panjang sayap 11.14 meter dan panjang badan 11,33 meter, tinggi 3,97 meter, luas total sayap 19,4 meter persegi, bobot kosong 4.250 kilogram, dan bobot lepas landas maksimal 5.200 kilogram, namun satu mesin turboprop Pratt & Whitney Canada PT6A-68C dengan daya 1.600 shp/969 kiloWatt di tubuhnya mampu menerbangkan pesawat tempur seharga sembilan juta dollar AS per unit itu secara lincah.

Super TucanoLain lagi perihal avionika dan sistem kendalinya, di dalam kokpit all - glass yang kompatibel seluruhnya dengan sistem pengamatan malam hari (night vision goggle/NVG) sehingga kabel penghubung helm pilot NVG bisa langsung “ditancap” ke display utamanya (head-up display/HUD).

HUD ini sendiri seolah ingin memanjakan pilot dengan ukurannya yang tidak kalah `lukratif`, yaitu hingga layar 24 inchi. Seluruhnya dirangkai dalam sistem kendali penerbangan dan pertempuran udara bernama MIL-STD-1553B di mana tongkat kendali dibantu sistem komputer dalam sistem HOTAS (hands on throttle and stick control system).

Perusahaan avionika kondang dari Haifa, Israel, Elbit System Ltd, menyumbang besar untuk semua sistem itu, terutama urusan HUD, komputer misi lanjutan, sistem navigasi, dan dua displai multifungsi enam inchi.

Bagaimana dengan sistem penginderaannya? Ini hal penting yang menyebabkan US Special Operation Command kepincut dengan Super Tucano yang mampu terbang selama 6,5 jam, karena sistem penginderaan termal inframerah AN/AAQ-22 SAFIRE sangat memungkinkan dia melakukan pengamatan dan penyerangan pada malam hari yang berhujan lebat.

Super TucanoAkhirnya, semua kemampuan itu menjadi semakin efektif jika perencanaan operasi benar-benar matang dilakukan dengan pengendalian dari pilot yang cakap.

Sesuai dengan peruntukan awalnya, maka Super Tucano diketahui disiapkan untuk pesawat latih dasar, madya, dan lanjut, serta patroli perbatasan.

Hal itu masih ditambah lagi untuk satu misi penting, yaitu operasi anti serangan darat dari udara dan pengamatan serta anti penyelundupan seperti lazim terjadi di perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko atau lainnya. Indonesia memiliki garis perbatasan negara yang sangat panjang di darat, yaitu sekitar 3.500 kilometer di Kalimantan, Irian, dan Pulau Timor.

Pada waktu Operasi Seroja dilaksanakan, Bandar Udara Haliwen di Atambua, Kabupaten Belu, NTT, sering menjadi saksi bisu kegunaan OV-10F Bronco yang masih baru didatangkan dari Amerika Serikat itu dalam misi pengamatan anti serangan darat.

Super Tucano yang rencananya akan datang ke Tanah Air sebelum Oktober 2010 jelas lebih dari sekedar mampu untuk melakukan tugas patroli perbatasan negara jarak dekat dan misi tambahan lain.

Super TucanoKhusus untuk Pulau Timor sebagai misal, selama ini Misi PBB Untuk Timor Timur yang bermarkas di Dili, Timor Timur, selalu memakai koridor udara untuk bisa ke Distrik Oekusi sehingga pelanggaran jalur penerbangan potensial terjadi. Selain itu, ALKI IV juga melintasi Laut Timor dan Laut Sabu, yang berdekatan dengan Pulau Timor dan Pulau Flores.

Akankah Super Tucano dikombinasikan dengan helikopter serang Mil Mi-17 dari Pusat Penerbangan TNI-AD juga bisa berkontribusi dalam pengamanan perbatasan negara seperti juga dilakukan tiga skuadron udara Angkatan Udara Brasil?

Tentu saja TNI-AU dan Markas Besar TNI/Departemen Pertahanan telah memiliki skenario soal itu.(Sumber : Antara)

20 Tahun F-16, Eksis di Tengah Keterbatasan Anggaran

20 Tahun F-16, Eksis di Tengah Keterbatasan Anggaran
1 16th, 2010 by Ardava


F-16 TNI-AU

Pesawat Tempur F-16 TNI-AU

Siang hari, 12 Desember 2006. Di Pameungpeuk, Garut selatan, Jawa Barat, tengah ada latihan pasukan. Tiba-tiba, radar mendeteksi adanya pesawat tak dikenal di atas mereka.


F-16 TNI-AUDua pesawat F-16 segera diluncurkan mendekati pesawat asing yang ternyata adalah P3C Orion tanpa nomor registrasi dengan simbol Royal Australian Air Force (RAAF) yang dikaburkan. Pesawat itu penuh dengan sensor penerima. Dari perlengkapan dan gerakannya, diduga pesawat ini hendak memata-matai latihan yang tengah berlangsung.

Sesuai dengan tata cara dan standar operasi saat mencegat pesawat asing tak dikenal, pilot F-16 milik Indonesia berusaha untuk membuka jalur komunikasi. Namun, upaya itu tidak mendapatkan respons walau tak lama kemudian pesawat RAAF tersebut pergi.

Hingga kini, foto pesawat P3C itu dipajang di salah satu dinding Markas Skuadron 3 Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur.

F-16 TNI-AUWalaupun tidak seterkenal pertemuan dua F-16 milik kita dengan dua F-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat, 3 Juli 2003 di atas perairan Bawean, Jatim, insiden ini menunjukkan rentannya kedaulatan ruang udara di atas kita.

”F-16 menjadi andalan dalam memberikan efek gentar pertahanan udara kita,” kata Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal Madya Imam Sufaat, Desember 2009. Ini karena badan pesawat (airframe) yang masih banyak serta Sukhoi yang persenjataannya belum optimal.


Akibatnya, F-16 selalu sibuk sepanjang tahun. Di samping latihan rutin setiap hari, deretan misi yang diemban F-16 Fighting Falcon ini bisa mencapai 10-12 misi per tahun. Pada saat tensi politik di Ambalat mulai meningkat, para ”dragon”—begitu sebutan bagi pilot-pilotnya—terbang mondar-mandir Balikpapan-Ambalat selama lebih kurang dua bulan.

Unjuk kekuatan di depan masyarakat dan negara asing, latihan internal TNI AU, gabungan TNI ataupun latihan bersama negara-negara tetangga Elang Alusindo pada September 2009 dan Elang Indopura tahun 2008 dijalankan F-16.

F-16 TNI-AUDi tengah gempita kemewahan F-35 milik Singapura dan Sukhoi punya Malaysia yang bergaya, kepiawaian pilot-pilot kita di udara diakui dalam dan luar negeri. Tidak saja mereka pernah tampil dalam atraksi aerobatik sebagai Elang Biru berdampingan dengan Red Arrows (Inggris) dan The Roullete (Australia) dalam Indonesia Air Show 1996, manuver-manuver mereka dalam latihan bersama negara-negara lain juga mengundang decak kagum karena kenekatannya. ”Semua tugas yang diberikan tidak pernah meleset,” kata Komandan Skuadron 3 Letkol Fajar ”Redwolf” Adriyanto.

Genap 20 tahun

Tahun ini, genap 20 tahun pengabdian skuadron F-16 yang pertama kali mendarat 12 Desember 1989. Saat itu, kita boleh menepuk dada karena F-16 A/B block 15 OCU ini merupakan pesawat tempur yang termasuk paling disegani dan terbukti andal di berbagai pertempuran.

F-16 TNI-AUUsia 20 tahun adalah angka mengundang ambiguitas, apakah kita harus bangga akan kiprahnya atau harus sedih karena ketuaannya?

Fajar mengatakan, perawatan yang sesuai dengan manual serta jam terbanglah yang ”lebih berbicara” tentang usia itu. F-16 Indonesia telah beberapa kali mengalami peningkatan kemampuan, baik dari segi aviasi-elektrik (avionik), radar, maupun persenjataan, seperti Falcon Up dan pengadaan wiring system atau perkabelan.

Menurut ”Redwolf” ini, usia operasional F-16 masih bisa 10-15 tahun lagi. ”Kita usahakan tidak boros, misalnya mendarat hati-hati untuk irit ban, penggantian oli dipaskan setiap 250 jam, dan jam terbang lebih efektif, yaitu operasi dan proficiency (kecakapan) dikombinasikan,” katanya.

Seiring dengan waktu, perjalanan 12 pesawat F-16 Fighting Falcon ini telah melewati berbagai tantangan. Ada dua kecelakaan menyertai sejarahnya. Yang pertama, gagalnya sistem peringatan membuat pesawat jatuh di Tulungagung, 15 Juni 1992. Pada 10 Maret 1997, berbagai faktor yang tidak mendukung, seperti cuaca, antisipasi, dan manusia, mengakibatkan jatuhnya pesawat F-16 yang kedua di ujung Runway 24 Lanud Halim Perdanakusuma dan menewaskan Kapten (Pnb) Dwi Sasongko.

F-16 TNI-AUEmbargo militer AS pada 1999-2005 juga menjadi tantangan berat. Suku cadang adalah bagian integral dan esensial dari perawatan pesawat tempur. Untuk mengakali hal ini, muncul pinjam - pakai antarsuku cadang F-16 itu sendiri. Konon, para teknisi mencoba membuat sendiri onderdil-onderdil yang sederhana. ”Kalau kesiapan kita sebelum embargo itu bisa 70 persen, setelah embargo maksimal tinggal 40 persen, kadang-kadang cuma 20 persen,” kata Fajar.

Selesainya embargo tidak serta-merta menyelesaikan masalah karena banyak hal yang harus dikejar. Tidak heran, Fajar masih menyebut angka 40 persen sebagai kesiapan skuadron itu. ”Tapi sekarang ini kesiapan minimal,” tukasnya.

Walaupun demikian, keamanan menjadi salah satu isu utama di dalam mekanisme yang tidak bisa menoleransi kesalahan ini. Hal ini di antaranya kerap ditegaskan dalam rapat setiap pagi yang dipimpin oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama Bambang Samoedra.

F-16 TNI-AUSelain pesawat, sistem senjata juga menyusut. Dua tahun yang lalu, rudal untuk sasaran di udara AIM 9P4 Sidewinder yang hampir habis masa pakainya dipergunakan dalam latihan, demikian juga rudal untuk sasaran di darat AGM 65 Maverick yang dipakai lima tahun yang lalu. ”Sepuluh tahun ke depan masih bisa, tapi memang perlu ditingkatkan lagi,” ungkapnya.(Sumber : Kompas)

Sabtu, 13 Februari 2010

PT. Pindad Sanggupi Penyelesaian 134 Panser Pesanan TNI

PT. Pindad Sanggupi Penyelesaian 134 Panser Pesanan TNI
3 4th, 2009 by Ardava

Panser 6x6 Produk Pindad

Jakarta - PT Pindad menyatakan sanggup menyelesaikan 134 panser Angkut Personel Sedang (APS) 6×6 pada 2009 pesanan pemerintah Indonesia untuk keperluan TNI-AD.

“Kami upayakan untuk dapat menyelesaikan 134 panser APS tersebut sesuai jadwal,” kata Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Soedarsono, usai penyerahan 20 unit panser APS-2 6×6 kepada pemerintah di Bandung, Jumat.

Departemen Pertahanan (Dephan) memesan 154 panser APS untuk TNI Angkatan Darat (AD) pada PT Pindad. Pada tahap pertama, PT Pindad berhasil menyelesaikan 20 unit panser tersebut dan telah diserahkan resmi pada TNI AD.

Ia mengatakan penyelesaian ke-134 panser APS itu disesuaikan dengan dukungan anggaran yang disediakan pemerintah dan pihak Renault, Perancis.”Yang jelas dengan kapasitas dan kemampuan produksi 16 unit per bulan, kami yakin bisa menyelesaikannya tepat waktu,” tutur Adik.

Adik menambahkan, pembiayaan pembuatan 154 panser APS-2 6×6 itu seluruhnya menggunakan APBN, dan untuk modal kerja awal PT Pindad ditalangi terlebih dulu oleh BNI 46, Bank Mandiri, dan Bank BRI.

Sementara itu, Direktur Produk Komersial PT Pindad Wahyu Utomo, mengatakan selain dukungan anggaran, kendala untuk penyelesaian panser APS-2 6×6 tahap dua sebanyal 134 unit itu adalah kesediaan “engine” dari pihak Renault, Perancis.

“Kendala kita ada pada engine yang berasal dari Perancis. Mereka baru bisa menyelesaikan 20 pada tahun 2008 ini dan 130 pada 2009,” kata Wahyu.

Kemampuan PT Pindad, menurutnya, baru pada merancang dan menyelesaikan body panser. “Namun, proses produksi Pindad sudah lolos sertivikasi ISO 9001. Proses penyelesaian body panser sebanyak 130 tersebut bisa diselesaikan Pindad dalam waktu satu tahun. Tidak berat,” kata dia.

Panser Produksi Pindad 6×6 memiliki berat kendaraan maksimal 12 ton dengan body terbuat dari monocoque, plat tahan peluru setebal 8 sampai dengan 10mm. Dengan kapasitas angkut mencapai 15 orang prajurit, kendaraan ini memiliki delapan kaca intai dan delapan lubang tembak serta dilengkapi dua set tabung pelontar granat asap.

Selain itu, di bagian atas juga ada Copula yang bisa berputar 360 derajat untuk menembak dengan senjata jenis AGL atau SMB. Panser 6?6 ini, berkapasitas tanki ini 200 liter solar dan mampu berjalan di medan terjal mencapai kemiringan 45 derajat.

Direktur Produk Militer PT Pindad S Irianto menambahkan, selain varian angkut personil Pindad sedang mengembangkan produksi panser dengan empat varian lainnya, yakni komando, logistik, ambulan dan recovery.

“Tahun depan kita targetkan sudah menambah satu spesifikasi panser lagi, yakni panser canon. Spesifikasinya agak berbeda. Senjatanya belum kita kuasai. Kita mengarahkan untuk penguasaan teknologi daya apung menuju pembuatan tank amfibi,” ujarnya.

Selain kendaraan tempur, Pindad juga terus mengembangkan teknologi persenjataan. Selain senapan serbu seri SS1 dan SS2 dengan berbagai varian, Pindad juga mengembangkan senapan pelontar granat tipe SPG1 dan senapan otomatis.(Sumber : Antara)

"si Biru " Hawk 100/200 TNI-AU Mengudara Di Langit Khatulistiwa

“Si Biru” Hawk 100/200 TNI-AU Mengudara Di Langit Khatulistiwa
2 13th, 2010 by Ardava

“Si Biru” Hawk 100/200 TNI-AU Mengudara Di Langit KhatulistiwaSetiap pesawat tempur Hawk 100/200 yang telah mencapai usia jam terbang tertentu harus melaksanakan Major Servicing (pemeliharaan tingkat berat) di Depo Pemeliharaan 30 Malang, Jawa Timur. Dalam pemeliharaan tersebut baik air frame maupun engine dilaksanakan pemeriksaan secara keseluruhan dengan menggunakan peralatan X-ray (sinar X) sehingga kerusakan-kerusakan sekecil apapun dapat diketahui dan ditindaklanjuti dengan benar dan tepat. Pesawat yang telah selesai pemeliharaan tingkat berat harus dilaksanakan test flight untuk pengecekan sesuai dengan parameter dan limitasi yang telah ditentukan.

Tanggal 25-28 Januari 2010 Kapten Pnb Supriyanto dan Kapten Pnb I Gusti Ngurah Adi Brata melaksanakan test flight pesawat Hawk 200 TT-0223 yang telah selesai pemeliharaan tingkat berat di Malang. Dalam pelaksanaan test flight tersebut, pesawat diterbangkan untuk dilaksanakan pengecekan mulai dari ground check sampai dengan in flight check. Setelah diterbangkan beberapa kali sesuai dengan prosedur test flight maka pesawat dinyatakan serviceable dan siap untuk dioperasikan. Hampir satu minggu lebih pesawat berada di Malang menunggu pengurusan administrasi, baru tanggal 11 Februari 2010 pesawat Hawk 200 TT-0223 diterbangkan oleh Kapten Pnb Supriyanto didampingi pesawat Hawk 100 yang diawaki oleh Kapten Pnb Bagus Hariyadi dengan rute dari Malang menuju ke sarangnya Skadron Udara 1 Pontianak.

Tepat pukul 10.30 WIB pesawat mendarat di landasan Supadio dengan selamat dan langsung disambut oleh Komandan Skadron Udara 1 Letkol Pnb Tjahya Elang Migdiawan. ” Selamat datang Si Biru, saya jadi ingat sama pesawat saya dulu A-4 Sky Hawk…” ujar Danskadud 1. Sejak saat itu pesawat Hawk 200 TT-0223 yang warnanya berbeda dengan pesawat Hawk lainnya mulai mengudara di langit Khatulistiwa dan siap menjaga keutuhan

TNI-AL Butuh Tambahan Kapal Cepat Rudal Dan Kapal Korvet

Maket KCRBiak - Markas Besar TNI Angkatan Laut hingga tahun 2010 masih membutuhkan tambahan kapal cepat rudal dua unit serta kapal korvet nasional sebagai kapal latih penganti KRI Dewa Ruci.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya TNI Agus Suhartono di Biak, Selasa, mengatakan, Mabes TNI Angkatan Laut pada 2010 akan memprioritaskan pengadaan kapal patroli cepat untuk menjaga wilayah perairan Indonesia termasuk yang berbatasan dengan negara lain.

“Untuk tambahan kapal cepat rudal pada tahun ini sudah direalisasikan pembuatannya,” ungkap Kepala Staf TNI AL Lakdya Agus Suhartono.

Ia menyebutkan, kapal patroli cepat yang akan dibutuhkan Mabes TNI AL dilengkapi dengan persenjataan seperti peluru kendali yang memadai.

Pengadaan kapal-kapal patroli cepat, lanjut KSAL Agus Suhartono, diharapkan akan dapat memberdayakan industri pertahanan dalam negeri PT PAL maupun fasilitas perawatan dan perbaikan (Fasharkan) TNI AL karena sudah dapat membuat kapal patroli cepat.

Maket Kapal Kawal Rudal“Kapal patroli masih dibutuhkan karena lebih cepat bertindak serta dapat bermanuver terutama di wilayah - wilayah perairan sempit seperti di sebagian perbatasan laut kita dengan negara lain,” katanya.

Ketika disinggung alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI AL di kawasan Armada Timur telah berusia tua, menurut KSAL Agus, hal ini tidak semua benar karena sebagian kapal itu masih ada yang baru termasuk keberadaan KRI Frans Kaisiepo maupun KRI Mulga.

“Semua fasilitas Alusista yang masih ada dimiliki Mabes TNI AL terus kita rawat dan jaga sehingga dapat berfungsi menjalankan tugas menjaga keutuhan dan kedaulatan wilayah perairan laut Indonesia dari Sabang sampai Merauke,” ungkap KSAL Agus Suhartono saat mendampingi Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso.

KRI Frans Kaisiepo, lanjut KSAL Agus, setelah dikukuhkan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso akan bermarkas di kawasan Armatim di Surabaya.(Sumber : Dephan)

Alih Kodal PPRC TNI Di Lanud Abd.Saleh Malang

Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang

Ucapan Selamat dan Salam Komando disampaikan Panglima TNI kepada Panglima Divisi Invanteri-2/Kostrad selaku Komandan PPRC TNI yang baru menggantikan Panglima Divisi Invanteri I Kostrad. Semoga lebih sukses dan berhasil lagi(Foto Dispen Korps Marinir)

Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh MalangSetelah beberapa hari melakukan gladi kotor dan bersih untuk kesiapan alih kodal PPRC, maka hari ini (10/2) di Taxy Way Lanud Abd Saleh dilaksanakan upacara alih kodal PPRC yang diikuti oleh tiga angkatan masing-masing dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Sebelumnya dilakukan paparan di Gedung Binayuda Lanud Abd Saleh oleh Panglima Divisi II Kostrad selaku Komandan alih kodal PPRC 2010-2012. Penekanan dari hasil paparan tersebut menjelaskan tentang kesiapan PPRC saat ini dan mengevaluasi pelaksanaan tugas PPRC periode sebelumnya. Sedangkan arahan dari Panglima TNI Jenderal TNI Joko Santoso yaitu tentang ketepatan waktu dalam setiap serangan PPRC ke daerah sasaran.

Setelah paparan, upacara alih kodal pasukan pemukul reaksi cepat TNI dilaksanakan di Taxy Way Skadron Udara 32 Lanud Abd Saleh. Alih Kodal PPRC TNI merupakan bagian dari mekanisme operasional komando tugas gabungan TNI yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali sebagaimana tertuang dalam pokok-pokok organisasi dan prosedur PPRC TNI Nomor : Kep/3/I/2007, tanggal 16 Januari 2007. Ungkap Panglima TNI.

Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh MalangSelanjutnya, PPRC TNI ini merupakan komando tugas gabungan yang dibentuk khusus dan berkedudukan langsung dibawah Panglima TNI dengan tugas pokok melaksanakan tindakan cepat terhadap ancaman nyata di wilayah darat tertentu, dalam rangka menangkal, menyanggah awal dan menghancurkan musuh atau lawan yang mengganggu kedaulatan NKRI.

Ucapan Selamat juga disampaikan Panglima TNI kepada Panglima Divisi Invanteri-2/Kostrad selaku Komandan PPRC TNI yang baru menggantikan Panglima Divisi Invanteri I Kostrad. Semoga lebih sukses dan berhasil lagi.(Sumber : Dispen TNI-AU/Foto Dispen Korps Marinir)

Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang

Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang

Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang

Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang

Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang

Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang

Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang

Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang

Alih Kodal PPRC TNI di Lanud Abd. Saleh Malang

TNI-AD Bertekad Gunakan Alutsista Dalam Negeri

Sertijab Panglima Kodam I/Bukit BarisanMedan - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI George Toisutta menegaskan, pihaknya telah bertekad untuk mempergunakan alat utama sistem senjata (alutsista) produksi dalam negeri.

“Apapun risikonya kita harus utamakan produk dalam negeri,” kata Jenderal TNI George Toisutta usai pelantikan Pangdam I Bukit Barisan di Medan, Jumat.

KSAD mengatakan, pihaknya tidak ingin tergantung dengan senjata yang diproduksi negara luar dalam memperkuat alutsista TNI AD .

Hal itu disebabkan adanya kekhawatiran jika Indonesia sewaktu-waktu mengalami embargo penjualan alutsista dari negara yang bersangkutan.

“Kalau sewaktu-waktu terkena embargo, kita tidak bisa bergerak,” kata mantan Pangdam XVII/Trikora itu.

KSAD menambahkan, Indonesia punya pengalaman yang tidak mengenakkan ketika mengalami embargo penjualan alutsista.

Panser Anoa 6x6 Produk PindadAkibat embargo itu, sistem persenjataan yang dimiliki TNI sebagai suatu kebutuhan dalam mempertahankan kedaulatan negera menjadi lemah.

“Karena itu, TNI AD bertekad sejauh mungkin untuk menggunakan (alutsista) produk dalam negeri,” kata mantan Pangkostrad tersebut.

Untuk itu, kata KSAD, pihaknya akan mengupayakan agar industri pertahanan yang dulu dikenal sebagai industri strategis lebih diberdayakan.

Ia mencontohkan keberadaan PT Pindad (Persero) untuk memproduksi berbagai jenis senjata dan radio komunikasi militer.

Demikian juga dengan PT Pal Indonesia (Persero) untuk memproduksi kapal cepat yang akan digunakan militer.

Sebelumnya, KSAD Jenderal TNI George Toisutta melantik Mayjen TNI M. Noer Muis sebagai Pangdam I Bukit Barisan mengantikan Mayjen TNI Burhanuddin Amin yang dipromosikan menjadi Pangkostrad.(Sumber : Dephan)